Tampilkan postingan dengan label Batik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Batik. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 Januari 2011

Asal usul dan Proses Pembuatan Batik



Batik berasal dari bahasa jawa yaitu dari kata "amba" yang artinya menulis dan "titik" yaitu titik-titik, sehingga kemudian menjadi ambatitik-ambatik-mbatik-batik. Betul, pada awalnya batik semuanya dikerjakan secara manual yaitu dengan menulis menggunakan tangan sehingga dikenal sebagai batik tulis.

Kesenian membatik sudah dimulai sejak zaman Majapahit, bekas jejaknya dapat ditemui di Mojokerto dan Tulungagung. Mojokerto sebagai Ibukota kerajaan Majapahit dan Tulungagung yang dulunya bernama bonorowo (karena memang dahulu sekelilingnya adalah rawa-rawa) dipimpin oleh Adipati Kalang, yang dalam kisahnya tidak mau tunduk kepada Majapahit, sampai pada akhirnya tewas dibunuh, dan saat itulah perajin batik dari Majapahit mulai mengenalkan seni batik di kota bonorowo yang sekarang bernama Tulungagung.

Batik dari sisi geografi dibagi menjadi 2 yaitu batik pesisir dan non pesisir. Batik non pesisir adalah batik tradisional yang umumnya masih memegang pakem. Batik-batik ini banyak kita jumpai di daerah Solo dan Jogjakarta. Batik-batik ini dahulunya kebanyakan dipakai oleh kalangan terbatas saja (kerabat keraton) dan untuk acara tertentu harus menggunakan corak tertentu pula. Acara perkawinan, kain batik yang digunakan harus bermotif Sidomukti dan/atau Sidoluhur. Sedangkan untuk acara mitoni (7 bulanan), kain batik yang boleh digunakan adalah bermotif Ceplok Garuda dan/atau Parang Mangkoro, begitu seterusnya untuk acara-acara upacara adat yang lain.

Batik pesisir memiliki kebebasan berekspresi, yaitu corak-corak tidak memiliki pakem, umumnya berwarna cerah/berani dan motifnya sangat kaya dan cantik-cantik. Batik pesisir ini telah berakulturasi dengan budaya asing, seperti motif bunga-bunga dipengaruhi oleh India dan Eropa (bunga Tulip), warna merah dipengaruhi oleh China sekaligus membawa motif burung phoenix, kupu-kupu, dst. Sedangkan motif-motif hewan laut (kerang, bintang laut dsb) adalah motif asli batik tulis pesisir nusantara. Batik pesisir ini dapat kita temui di daerah Pekalongan, Cirebon, Lasem, Tuban, TanjungBumi-Bangkalan-Madura dan daerah Madura pada umumnya.

Dan Tahukah Anda ? bahwa orang-orang di daerah pesisir ini dahulunya membatik hanya untuk keisengan belaka untuk menghilangkan kejenuhan seperti di daerah Tuban, para Ibu-Ibu membatik dilakukan pada masa menunggu musim panen, sedangkan ketika musim panen, semua akan turun ke sawah. Untuk daerah Cirebon dan TanjungBumi lain lagi, mereka membatik karena kangen menunggu suaminya pulang dari melaut :)

Batik dari sisi cara pembuatannya dibagi 4 yaitu batik tulis, batik cap, batik cetak dan batik print. Batik cap menggunakan alat dari tembaga yang telah dipola dan nanti akan diceplok-ceplokkan ke atas kain yang telah disiapkan, batik cetak menggunakan alas (terpal/plastik) yang telah dipola yang nantinya akan dilekatkan ke kain yang telah disiapkan. Batik print menggunakan pola yang digambar di komputer, menyiapkan printer, tinggal enter, maka kain akan langsung dicetak dengan motif yang diinginkan (hmm...ternyata ini yang membunuh para perajin batik tradisional). Batik tulis seperti yang telah ditulis diawal, dipola, digambar, diwarnai semuanya secara manual menggunakan tangan dan digambar dengan sepenuh jiwa, maka tidak heran, seorang profesional pun hanya mampu menghasilkan satu lembar kain batik tulis (225 x 110 cm) paling cepat dalam waktu 1 minggu. Oleh karenanya, batik tulis itu mahal kalau hanya dilihat dari nominal uang yang kita keluarkan, tapi untuk sebuah karya seni, penghargaan terhadap daya kreasi yang telah dituangkan, nilai tersebut menjadi wajar dan bahkan lebih rendah dari value hasil karya yang telah dihasilkan (coba kita disuruh membatik tulis terus hasil karya kita dihargai 200.000............hmmm berani ga yaa ? :p)

Perbedaan mendasar lainnya, baik batik cap, batik cetak dan batik print pada umumnya bahan pewarnaan menggunakan bahan-bahan kimia, sedangkan batik tulis untuk bahan warnanya semuanya menggunakan bahan-bahan alami seperti kulit pohon, kayu pohon, bunga, buah, akar pohon, daun dsb. Karena pada dasarnya, setiap kulit/kayu/buah/akar pohon adalah unique, menghasilkan warna-warna tertentu. Subhanallah........

Dalam pembuatan Batik Tulis akan melalui beberapa tahapan proses :
1. Ngloyor, yaitu proses membersihkan kain dari pabrik yang biasanya masih mengandung kanji, menggunakan air panas yang dicampur dengan merang atau jerami.
2. Ngemplong, yaitu proses memadatkan serat-serat kain yang baru dibersihakan.
3. Memola, yaitu pembuatan pola menggunakan pensil ke atas kain.
4. Mbatik, yaitu menempelkan lilin/malam batik pada pola yang telah digambar menggunakan canthing.
5. Nembok, yaitu menutup bagian yang nantinya dibiarkan putih dengan lilin tembokan.
6. Medel, yaitu mencelup kain yang telah dipola, dilapisi lilin ke pewarna yang sudah disiapkan.
7. Ngerok/Nggirah, yaitu proses menghilangkan lilin dengan alat pengerok.
8. Mbironi, yaitu menutup bagian2 yang akan dibiarkan tetap berwarna putih dan tempat2 yang terdapat cecek (titik titik).
9. Nyoga, yaitu mencelup lagi dengan pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan.
10. Nglorod, yaitu proses menghilangkan lilin dengan air mendidih untuk kemudian dijemur.

Proses pewarnaan, penghilangan lilin dapat dilakukan berkali-kali sampai menghasilkan warna dan kualitas yang diinginkan. Makanya kemudian ada Batik dengan istilah 1x proses, 2x proses, 3x proses. Batik Tulis 1x proses pun, dapat diselesaikan oleh ahlinya paling cepat dalam waktu 1 minggu, apalagi yang melalui 2x proses, 3x proses dan seterusnya, bisa memakan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.

Jadi, saudaraku sebangsa dan setanah air, mari kita hargai hasil karya luhur para perajin batik nusantara, banggalah menjadi bangsa Indonesia yang rakyatnya telah dikaruniai akal budi, daya kreatifitas yang luhur melebihi bangsa-bangsa lain. Kita ubah image bahwa batik = kondangan dan kondangan = batik menjadi batik = pakaian nusantara dan batik = melestarikan budaya Indonesia dan batik = pakaian sehari-hari Okey...! salam Kanaga batik !!

Senin, 24 Januari 2011

Batik Madura

Sebagai sebuah bentuk karya seni budaya, batik Madura banyak diminati dan digemari oleh konsumen lokal dan interlokal. Dengan bentuk dan motif yang khas batik Madura mempunyai keunikan tersendiri bagi para konsumen. Corak dan ragamnya yang unik dan bebas, sifat produksinya yang personal (dikerjakan secara satuan), masih mempertahankan cara-cara tradisional (ditulis dan diproses dengan cara-cara tradisional) dan senantiasa menggunakan bahan pewarna alami yang ramah dengan lingkungan.
Sejarah
mencatat Madura adalah produsen batik dan jamu yang cukup terkenal. Yang membuatnya menjadi seperti itu, barangkali karena kedua komoditas itu menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi masyarakatnya sendiri.

Industri kecil yang menjadi kebanggaan daerah ini memang batik. Bagi Madura, batik bukan hanya sehelai kain, namun telah menjadi ikon budaya dan sering menjadi objek penelitian banyak institusi. Di berbagai buku batik terbitan luar negeri, batik Madura menjadi perhatian khusus. Motif dan warna yang tertuang di dalam kain panjang itu, merefleksikan karakter masyarakatnya. Khususnya batik buatan Tanjung Bumi di Kabupaten Bangkalan.
Tidak hanya di Tanjung Bumi saja, batik telah menjadi nilai seni budaya Indonesia di mata asing. Bahkan pakaian atau baju batik menjadi bagian dari pakaian resmi di Indonesia. Tidak jarang kita menemukan atau bahkan sering, para undangan, pejabat mengenakan pakaian batik pada acara resmi keluarga, negara dan lain sebagainya.
Intinya, Batik dengan bentuk dan corak yang berbeda, baik itu batik Madura, batik pekalongan, batik jawa, batik jogja,batik solo dan batik-batik daerah lain adalah karya seni budaya tinggi yang perlu untuk dipertahankan, dilestarikan, dikembangkan sehingga menjadi asset berharga bangsa ini dimata internasional.
Coba kita bayangkan bagaimana seandainya pakaian jas yang kini menjadi pakaian resmi kenegaraan di penjuru dunia, diganti dengan pakaian batik Madura atau batik Indonesia ? sungguh ini adalah suatu hal yang mungkin akan terjadi jika kita bisa mengembangkan batik Madura atau batik Indonesia secara professional.

Batik Pekalongan


Batik Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya akan warna. Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat naturalis. Jika dibanding dengan batik pesisir lainnya
Batik Pekalongan ini sangat dipengaruhi pendatang keturunan China dan Belanda. Motif Batik Pekalongan sangat bebas, dan menarik, meskipun motifnya terkadang sama dengan batik Solo atau Yogya, seringkali dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga 8 warna yang berani, dan kombinasi yang dinamis. Motif yang paling populer di dan terkenal dari pekalongan adalah motif batik Jlamprang.
Batik Pekalongan banyak dipasarkan hingga ke daerah luar jawa, diantaranya Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Minahasa, hingga Makassar. Biasanya pedagang batik di daerah ini memesan motif yang sesuai dengan selera dan adat daerah masing-masing.
Keistimewaan Batik Pekalongan adalah, para pembatiknya selalu mengikuti perkembangan jaman . Misalnya pada waktu penjajahan Jepang, maka lahir batik dengan nama’Batik Jawa Hokokai’,yaitu batik dengan motif dan warna yang mirip kimono Jepang. Pada umumnya batik jawa hokokai ini merupakan batik pagi-sore.
Pada tahun enampuluhan juga diciptakan batik dengan nama tritura. Bahkan pada tahun 2005, sesaat setelah presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif ‘SBY’ yaitu motif batik yang mirip dengankain tenun ikat atau songket. Motif yang cukup populer akhir-akhir ini adalah motif Tsunami. Memang orang Pekalongan tidak pernah kehabisan ide untuk membuat kreasi motif batik.

Batik Sragen


SRAGEN- Batik Sragen memiliki kecenderungan untuk lepas dari pakem motif batik Kraton Yogyakarta dan Surakarta. Padahal secara geografis dan budaya, Sragen tak jauh dari kedua kraton tersebut. Batik Sragen memiliki guratan motif dinamis, yang membuktikan sifat kukuh memegang otonominya sendiri.

Sudut pandang ini berasal dari kacamata seorang pakar batik asal Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Sudharmono, yang menjadi Ketua Dewan Juri Lomba Desain Batik Khas Sragen. Kegiatan yang digelar atas kerjasama Pemkab Sragen dan Forum for Economic Development and Promotion (FEDEP), dilaksanakan di Pendopo Somanegaran, Sabtu (11/10). Lima orang juri yang sangat berkompeten di bidang batik mengerahkan segenap pengetahuan mereka, untuk mencari motif terbaik yang layak dinobatkan sebagai Batik Khas Sragen.

Sudharmono menilai, dari segi pewarnaan, Sragen lebih memilih warna-warna natural ketimbang warna-warna terang atau menyolok. Hanya formulasi warna yang khas tampaknya belum terungkap saat ini. Seperti ciri khas Batik Yogyakarta yang hanya terdiri atas dua warna coklat dan putih, atau Batik Pekalongan yang cerah dengan warna-warna cerianya.

Dari penilaian karya para finalis, Sudharmono mencatat perlunya keseimbangan dalam setiap aspek penilaian yang meliputi pakem, motif, warna, kreatifitas, dan estetika. “Ada peserta yang bagus dalam filosofinya, tetapi jika kain itu diaplikasikan sebagai baju hanya bagus dipakai kaum hawa,” katanya. Hal ini akan mengurangi penilaian dewan juri, karena fungsi penggunaan batik juga menjadi salah satu pertimbangan untuk memberi angka.

Sementara itu, Bupati Sragen H Untung Wiyono menilai, orisinalitas dan kreatifitas para finalis patut dihargai. Apalagi beberapa finalis ternyata masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Regenerasi kecintaan pada batik inilah yang kelak dapat meneruskan tongkat estafet budaya adiluhung ini agar tetap lestari. Bupati mengatakan, batik telah menjadi nafas Sragen dan mencatat berbagai kemajuan di berbagai sisi. Salah satunya, kini tengah dikembangkan sistem pewarnaan asli yang berasal dari alam. Merah cerah buah naga sangat cantik ketika diaplikasikan di atas kain. Warna coklat dari tetesan getah pisang juga dapat menorehkan estetika tinggi. Alam Bumi Sukowati menyediakan berbagai warna indah sebagai inspirasi motif-motif batik.

Seperti telah diberitakan sebelumnya, lomba yang diikuti oleh 67 peserta itu menyisakan 20 finalis, yang masing-masing menyajikan karyanya di atas selembar kain. Menariknya, hal yang terlintas dalam benak sebagian peserta ketika menuangkan sketsa batik khas Sragen adalah gambar semangka. Buah ini memang telah dikenal luas sebagai komoditi khas kabupaten Sragen. Semua finalis tampak mengejawantahkan alam di atas sketsa batiknya, seperti flora dan fauna yang banyak terdapat di Bumi Sukowati.

Batik Semarang


Batik yang bertajuk Semarang 16 ini yang menjadi material utama 13 desainer terkemuka Indonesia yang menggelar fashion show pada acara HUT ke-461 Semarang yang perayaannya jatuh pada 2 Mei 2008.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), Taruna K Kusmayadi, corak dan motif yang terdapat pada batik Semarang cukup unik dan tidak kalah dengan batik-batik yang sudah populer selama ini. Selain itu, warna yang tersemburat pada batik Semarang juga lebih monokromatik, sehingga tampil indah setelah diolah.
Meskipun ada persamaan ciri-ciri motif batik Semarang dengan batik pesisir lainnya, namun jika diamati secara teliti, ada juga detil perbedaannya. Perbedaan itu dapat dilihat antara lain pada detil-detilnya.
Pada umumnya batik Semarang berwarna dasar oranye kemerahan karena mendapat pengaruh dari China dan Eropa. Selain itu, motif dasar batik Semarang banyak dipengaruhi budaya China yang pada umumnya banyak menampilkan motif fauna yang lebih menonjol daripada flora. Misalnya merak, kupu-kupu, jago, cendrawasih, burung phunix, dan sebagainya. Motif-motif ini tidak terlepas dari pengaruh budaya China.
“Batik Semarang identik dengan warna terang, kalau yang zaman dulu bukan dari China, tapi Belanda itu arah warnanya merah bata. Kalau China lebih ke warna oranye. Jadi pengaruh negara lain ikut turut andil dalam pewarnaan batik Semarang, kata ibu Umi saat ditemui okezone dalam dalam acara press conference di Hotel Pandanaran, Semarang, Jumat (2/5/2008).
Sementara itu, ciri-ciri motif batik Semarang menurut ibu Umi, tidak simbiolis seperti batik-batik di Surakarta dan Yogyakarta. Kebanyakan batik Semarang diambil dari hal-hal yang ada di sekitar kita baik cerita legenda-legenda Semarang atau tentang makanan khas Semarang. Bahkan batik yang ada di zaman Belanda itu diangkat oleh kita dengan tema zaman Diponegoro. Jadi tidak terlalu simbiolis seperti batik Solo atau Yoyakarta, bebernya.
Pengaruh budaya China dan Eropa, lanjutnya, turut andil dalam batik Semarang. Meski motifnya sangat beragam, ciri khas Semarang tetap ada. œSemarang diambil dari kata asem dan arang jadi asem yang jarang-jarang. Legenda-legenda lain menjadi tambahannya, terang wanita keturunan Betawi yang sampai kini selalu concern dengan batik Semarang itu.
Adapun motif Semarang yang menonjolkan ikon kota Semarang, sambungnya, banyak menggunakan motif Tugu Muda, Lawang Sewu, burung kuntul, Wisma Perdamaian, Gereja Blenduk, bukit, dan laut. Semua motif tersebut, dijelaskan ibu Umi sebagai identitas kepribadian bangsa agar tidak terkikis oleh perluasan budaya global.

Batik Solo

Batik Solo
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "titik". Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan "malam" (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya "wax-resist dyeing".Laweyen adalah salah satu sentral Batik di Solo. Kampung ini Tentunya ada banyak sekali sejarah yang tertinggal di kapung ini dan menjadi icon Batik Solo.
Dari kerjaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitanya abad 17,18 dan 19, batik kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya sekadar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun perkembangan selanjutnya, oleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi perdagangan.
Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”
Batik merupakan hasil karya seni tradisional yang banyak ditekuni masyarakat Laweyan. Sejak abad ke-19 kampung ini sudah dikenal sebagai kampung batik. Itulah sebabnya kampung Laweyan pernah dikenal sebagai kampung juragan batik yang mencapai kejayaannya di era tahun 70-an. Menurut Alpha yang juga pengelola Batik Mahkota.
Dengan bentuk arsitektur, kemewahan material, dan keindahan ornamennya, seolah para raja batik zaman dulu mau menunjukkan kemampuannya untuk membangun istananya, meski dalam skala yang mini. Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah rumah besar bekas saudagar batik yang terletak di pinggir Jalan Dr Rajiman, yang dirawat dan dijadikan homestay Roemahkoe yang dilengkapi restoran Lestari.
Tentu saja tak semuanya bisa membangun “istana” yang luas, karena di kanan-kirinya adalah lahan tetangga yang juga membangun “istana”-nya sendiri-sendiri. Alhasil, kawasan ini dipenuhi dengan berbagai istana mini, yang hanya dipisahkan oleh tembok tinggi dan gang-gang sempit. Semangat berlomba membangun rumah mewah ini tampaknya mengabaikan pentingnya ruang publik. Jalan-jalan kampung menjadi sangat sempit. Terbentuklah banyak gang dengan lorong sempit yang hanya cukup dilewati satu orang atau sepeda motor.

Batik



BATIK BANYUMAS
Kehadiran batik Banyumas yang berpusat di Sokaraja,awalnya dibawa para pengikut Pangeran Diponegoro seusai perang pada tahun 1830.Pengikut yang terbilang sebagai pelopor batik waktu itu adalah Najendra.dengan bahan mori hasil tenunan sendiri dan pewarna alam terbuat dari pohon tom.pohon pace ,yang melahirkan warna merah bersemu kuning,dialah yang kemudian mengembangkannya.Tak urung tradisi membatik berkembang bahkan mewarnai kehidupan masyarakat Sokaraja,sampai akhirnya pada abad ke 19 mulai terjalin hubungan langsung dengan para pembatik di daerah Solo dan Ponorogo.
Batik Sokaraja mencerminkan ciri ,motif dan warna khusus, yang kemudian dikenal dengan nama batik Banyumas.
Ada juga batik tulis Banyumas memiliki ciri khas tersendiri karena dibuat bolak-balik,Motif di bagian depan dinamakan reng-rengan dan yang belakang di sebut terusan.batik jenis ini bisa di gunakan bolak-balik,sehingga di sebut batik dua sisi.Jenis batik ini jarang ditemukan,karena prosesnya juga memakan waktu yang sangat lama.perlu waktu 8 bulan untuk menyelesaikannya sedangkan untuk batik tulis kasar cukup 2 minggu.
Berbeda proses batik di Yogya atau Solo yang diCelup dulu baru di soga.kalau batik Banyumas,di buat dengan kain putih yang disoga dulu,baru dicap dan kemudian dicelup yang terkenal dengan istilah Trem.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PROGRAM KEAHLIAN FARMASI KLINIS DAN KOMUNITAS

  LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PROGRAM KEAHLIAN FARMASI KLINIS DAN KOMUNITAS SMK  APOTEK QIRANI FARMA (Waktu Pelaksanaan: ...